MAKALAH
SEJARAH MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR KUNO
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah
Matematika
Jurusan Pendidikan
Matematika tingkat 4A
Disusun Oleh :
Ø Neneng Siti Salamah
Ø Paoji Azis
Ø Ai Siti Saadah
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS 4A
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SURYAKANCANA CIANJUR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikan-Nya sehingga telah memberikan
kesehatan pada kita semua sehingga khususnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas materi
perkuliahan “Sejarah
Matematika”. Penyusun mencoba
menulis kembali pemahaman tentang Sejarah Matematika Zaman Babilonia dan Mesir Kuno.
Penyusun ucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Sejarah Metematika , yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk membuat
satu makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca dan
khususnya bagi penyusun. Mohom maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan.
Cianjur,
Maret
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………..i
Kata Pengantar …………………………………………………………………ii
Daftar isi …………………………………….…………………………………iii
Pembahasan : Sejarah Matematika…………………………………………….......1
A.
Sejarah Matematika Babilonia………………………………………...2
B.
Sejarah Matematika Mesir Kuno……………………………………...4
KESIMPULAN........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................8
SEJARAH MATEMATIKA
Cabang
pengkajian yang dikenal sebagai sejarah
matematika adalah penyelidikan terhadap asal mula penemuan di dalam matematika dan sedikit
perluasannya, penyelidikan terhadap metode dan notasi matematika pada masa
silam.
Sebelum zaman
modern dan penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh dunia, contoh-contoh tertulis
dari pengembangan matematika telah mengalami kemilau hanya di beberapa tempat.
Tulisan matematika terkuno yang telah ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika Babilonia
sekitar 1900 SM), Lembaran
Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM) dan Lembaran Matematika
Moskwa (matematika
Mesir sekitar 1890 SM). Semua tulisan itu membahas teorema yang umum
dikenal sebagai teorema
Pythagoras, yang tampaknya menjadi pengembangan matematika tertua dan
paling tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.
Sumbangan matematikawan Yunani
memurnikan metode-metode (khususnya melalui pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika
di dalam pembuktian
matematika) dan perluasan pokok bahasan matematika. Kata
"matematika" itu sendiri diturunkan dari kata Yunani kuno, μάθημα
(mathema), yang berarti "mata pelajaran". Matematika Cina membuat
sumbangan dini, termasuk notasi posisional. Sistem bilangan
Hindu-Arab dan aturan penggunaan operasinya, digunakan hingga kini, mungkin
dikembangakan melalui kuliah pada milenium pertama Masehi di dalam matematika India dan
telah diteruskan ke Barat melalui matematika Islam. Matematika
Islam, pada gilirannya, mengembangkan dan memperluas pengetahuan matematika
ke peradaban ini. Banyak naskah berbahasa Yunani dan Arab tentang
matematika kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, yang mengarah pada pengembangan matematika lebih jauh lagi di Zaman Pertengahan Eropa.
Dari zaman
kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali
diikuti oleh abad-abad kemandekan.
Bermula pada abad
Renaisans Italia pada
abad ke-16, pengembangan matematika baru,
berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada pertumbuhan
eksponensial yang berlanjut hingga kini.
A.
Sejarah
Matematika Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada
seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai "Matematika
Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk
belajar. Pada zaman peradaban helenistik Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Kemudian di bawah Kekhalifahan
Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad,
sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan
dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir,
pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan
tanah liat yang digali sejak 1850-an. Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan
ditulisi ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau
dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini
matematika tertulis adalah karya bangsa
Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan
sistem rumit metrologi
sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada
lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini
sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar
lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600
SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan
perhitungan bilangan
regular, invers
perkalian, dan bilangan
prima kembar.[4] Lempengan itu juga
meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan
Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat
desimal.
Matematika
Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit
untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu
putaran lingkaran, juga
penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan
derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta bahwa
60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan
Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih
besar, seperti di dalam sistem desimal.
Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, dan sehingga nilai
tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan konteksnya.
DALIL PHYTAGORAS PADA ZAMAN BABILONIA.
Dalil phytagoras digunakan untuk
mengetahui sisi sebuah segitia siku-siku, bila di ketahui dua buah sisinya.
Dalil ini di temukan oleh Phytagoras pada tahun 540 SM, di kota Crotona, sebuah
kota jajahan yunani yang kini kira-kira terletah di Jazirah Itali. Anehnya cara
seperti ini juga di temukan oleh bangsa Babilonia sekitar tahun 1700 SM.
Gambaran adanya segitiga phytagoras ini di lukis pada lempeng tanah liat, yang
kira-kira seperti ini :
d b
t
Dengan
d adalah dinding t adalah tanah dan b adalah bilah kayu.
Metode
pencarian dengan dalil pitagoras dengan ini pun kita jumpai di mesir purba.
Bahkaern matematika geometri ini berkembang dengan pesatnya.hal ini dapat
dimengerti karena bumi mesir purba sangat subur. Terutama setelah mengalami air
bah dari sungai Nil. Bangsa mesir purba menentukan luas tanahnya lewat dalil
ini.
Kembali
ke bangsa Babilonia, seperti yang telah disebutkan diatas, bangsa Babilonia
belum mengenal kertas. Semuanya peninggalan karya budaya dan ilmu pengetahuan
di torehkan dalam lempengan tanah liat.
Kemajuan
yang didapat oleh mayarakat saat zaman Matematika Babilonia adalah :
- Telah menggunakan
sitem desimal dan p=3,125
- Penemu kalkulator pertama kali
- Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi
- Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat
- Geometrinya bersifat aljabaris
- Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retoris yang
berkembang
- Sudah mengenal teorema Pythagoras
B.
Sejarah
Matematika Mesir Kuno
Matematika Mesir merujuk pada matematika
yang ditulis di dalam bahasa
Mesir. Sejak peradaban
helenistik, Yunani
menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak
itulah matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika
helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian
dari matematika Islam,
ketika bahasa Arab
menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan
matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind
(kadang-kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya),
diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah
salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah
yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan
cara-cara perkalian, perbagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga
menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan
prima; rata-rata aritmetika,
geometri, dan harmonik; dan pemahaman
sederhana Saringan
Eratosthenes dan teori
bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara
menyelesaikan persamaan
linear orde satu juga barisan aritmetika
dan geometri.
Juga tiga
unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan paling
sederhana mengenai geometri
analitik: (1) pertama, cara
memperoleh hampiran yang akurat kurang dari satu persen; (2) kedua,
upaya kuno penguadratan
lingkaran; dan (3) ketiga, penggunaan terdini kotangen.
Naskah
matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga
dari zaman Kerajaan
Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata
atau soal cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal
dipandang memiliki kepentingan khusus karena soal itu memberikan metoda untuk
memperoleh volume limas
terpenggal: "Jika Anda dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan
panjang, yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2 satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda
menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4. Anda
menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6, sama
dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka
lihatlah, hasilnya sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran." Akhirnya, lembaran Berlin
(kira-kira 1300 SM ) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno dapat menyelesaikan persamaan aljabar
orde dua.
Abjad mesir baru dipahami pada tahun1779.
Penyelidikan ini dilakukan oleh Champollion. Dia banyak mempelajari daun-daun
lontar yang disebut daun papyrus oleh bangsa mesir.
Selain ditulis pada daun papyrus,
orang mesir juga menuliskan abjad pada
batu-batu yang sangat besar dan tinggi. Pahatah yang dikenal ini ialah batu
roseta yang berisi 14 garis berupa hurup-hurup Holigliph.
Pada zamannya hubungan antara mesir
dan yunani sangat erat. Jadi tidak heran bila pada beberapa prasasti yang ada
di mesir merupakan terjemahan prasasti yang terdapat di yunani maupun sebaliknya.
ARITMTIKA MESIR KUNO
Lambang penjumlahan :
Lambang
Pengurangan
Lambang Sama Dengan
Lambang Bagi atau Per
adalah
adalah
adalah
Kemajuan
yang didapat oleh mayarakat saat zaman Matematika Babilonia adalah :
- Telah menggunakan
sitem desimal dan p=3,125
- Penemu kalkulator pertama kali
- Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi
- Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat
- Geometrinya bersifat aljabaris
- Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retoris yang
berkembang
- Sudah mengenal teorema Pythagoras
KESIMPULAN
ü ilmu matematikga
mesir di tulis pada daun-daun papyrus dan batu besar dan tinggi.
ü Ilmu matematika babilonia ditulis dalam tempengan
tanah liat.
ü Kemajuan yang didapat oleh mayarakat
saat zaman Matematika Babilonia adalah :
- Telah menggunakan
sitem desimal dan p=3,125
- Penemu kalkulator pertama kali
- Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi
- Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat
- Geometrinya bersifat aljabaris
- Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retoris yang berkembang
- Sudah mengenal teorema Pythagoras
ü Kemajuan yang didapat oleh mayarakat
saat zaman Matematika Babilonia adalah :
- Telah menggunakan
sitem desimal dan p=3,125
- Penemu kalkulator pertama kali
- Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi
- Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat
- Geometrinya bersifat aljabaris
- Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retoris yang
berkembang
- Sudah mengenal teorema Pythagoras
DAFTAR PUSTAKA
Komar,Badrul.2010.Matematika Pada Zaman Purba.Bandung: Angkasa
http://samsul3767.wordpress.com/2012/07/31/sejarah-matematika/